Paroki St. Martinus de Porres Ayam

Ayam atau sering juga disebut Akat merupakan pusat Paroki St. Martinus de Porres Ayam. Pusat paroki ini bisa ditempuh dari Agats dalam waktu 1 jam dengan speedboat 40 pk melewati sungai Assuwets. Stasi: Warse, Amborep dan Sesakam terletak di sungai Jet yang terhubung dengan dua sungai besar: Sirets dan Assuwets.
Dalam wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Asmat, ada dua distrik paroki ini. Akat, ibukota Distrik Akat berada di pusat paroki sedangkan Distrik Jetsy yang baru dimekarkan pada 2013 berada di area Stasi Warse. Dari sisi sejarah, Asmat baru terbentuk menjadi kabupaten sendiri sejak 2004. Awalnya hanya 7 distrik dan kini sudah dimekarkan lebih dari 20 distrik. Paroki sendiri sudah terbentuk 28 Mei 1978.
DINAMIKA BUDAYA
Sekami pusat paroki Ayam_Foto John Ohoiwirin
Umat paroki ini termasuk dalam rumpun Simai, salah satu dari 12 rumpun Suku Asmat. Oleh karena itu pembentukan 12 paroki mengikuti pola kekerabatan klen/ rumpun Suku Asmat. Sampai tahun 2014, telah dimekarkan 3 paroki baru dengan status Paroki Persiapan (Mbait, Kamur dan Suator).
Kegiatan ukir-mengukir di kebanyakan stasi Paroki ini tidak berkembang lagi. Oleh karena itu sejak 2004 proses seleksi ukiran dan anyaman untuk Pesta Budaya Asmat yang merupakan program tahunan Komisi Kebudayaan Keuskupan Agats hanya dilaksanakan di Stasi Amborep dan Warse karena kedua kampung itu yang . Dulunya umat di Ayam (pusat paroki) terkenal dengan ukirannya yang menakjubkan tetapi generasi sekarang tidak melanjutkan lagi. Bapak Benny Bacim adalah salah satu pengukir terkenal dari kampung Ayam yang dikenal baik oleh orang Asmat dari kampung lain. Saat ini banyak umat sibuk dengan produksi kayu olahan untuk pembangunan. Mereka menghabiskan banyak waktu di hutan untuk logging itu dan membawa dengan longboat ke Agats untuk dijual. Mama-mama dari Ayam terkenal juga dengan sayur-mayurnyayang segar yang selalu dipasarkan ke Agats.
Umat pribumi maupun pendatang juga masuk ke hutan-hutan mencari kayu Gaharu. Sampai saat ini telah terbentuk beberapa perkampungan baru, salah satunya Ani yang ramai dengan aktifitas gaharu. Dalam pelayanan pastoral, pastor paroki menyiapkan waktu dan logistik untuk mengunjungi umat yang tersebar di berbagai kampung tersebut.